Selasa, 13 Oktober 2015

Festival dan Ritual Tabot Bengkulu

Di Bengkulu sendiri, upacara Tabot ini merupakan upacara hari berkabung atas gugurnya Syaid Agung Husien bin Ali bin Abi Thalib, salah seorang cucu Nabi Muhammad SAW. Inti dari upacara tersebut adalah mengenang usaha dan upaya para pemimpin Syi'ah dan kaumnya yang berupaya mengumpulkan bagian-bagian dari jenazah Husien. Setelah semua bagian tubuhnya terkumpul kemudian diarak dan dimakamkan di Padang Karbala. Seluruh upacara berlangsung selama 10 hari, yaitu dari tanggal 01 sampai dengan 10 Muharram. Adapun tahapan dari upacara Tabot tersebut adalah sebagai berikut : Mengambil Tanah, Duduk Penja, Meradai, Merajang, Arak Penja, Arak Serban, Gam (masa tenang/berkabung) dan Arak Gedang serta Tabot terbuang. Upacara Tabot di Bengkulu mengandung aspek ritual dan non ritual. Aspek ritual hanya boleh dilakukan oleh Keluarga Keturunan Tabot yang dipimpin oleh sesepuh keturunannya langsung, serta memiliki ketentuan-ketentuan khusus dan norma-norma yang harus ditaati oleh mereka. Sedangkan acara yang mengandung aspek non ritual dapat diikuti oleh siapa saja. 
pada malam ini, festival tabot dan ritual pengambilan tanah tabot di selenggarakan setelah kata sambutan dari Gubernur Bengkulu Bpk,Junaidi Hamsyah, dan dilanjutkan pemukulan dol yang menandakan festival tabot resmi di buka, bapak gubernur didampingi para pejabat kabupaten dan kota. setelah itu gubernur mengizinkan para KKT untuk menuju lokasi pengmbilan tanah tabot yang bertemat di halaman belakang hotel Horizon bengkulu dan Pantai Tapak Padri, dengan di iringi tabuan musik dol untuk menuju lokasi pengmbilan tanah tabot. 






Rabu, 07 Oktober 2015

:)

ILMU SEBAGAI PROSES DAN PRODUK
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

            Dari pertumbuhan ilmu sejak zaman Yunani kuno sampai abad modern ini tampak nyata bahwa ilmu merupakan suatu aktivitas manusia, suatu kegiatan melakukan sesuatu yang dilaksanakan orang atau lebih tepat suatu rangkaian aktivitas yang membentuk suatu proses.
Seseorang yang melaksanakan rangkaian aktivitas yang disebut ilmu itu kini lazim dinamakan ilmuwan (scientist). Sejak istilah natural science (ilmu-ilmu kealaman) dipakai untuk menggantikan natural philosophy dalam abad XVIII, di negara Inggris orang juga mencari-cari sebutan khusus bagi mereka yang mengembangkan natural science itu untuk dibedakan dari filsuf, sejarahwan, dan kelompok-kelompok cendekiawan lainnya.
            Ilmu dapat merupakan suatu metode berfikir secara objektif (objektif thinking) , tujuannya untuk menggambarkan dan memberi makna terhadap dunia faktual. Pengetahuan yang diperoleh dengan ilmu, diperolehnya melalui observasi, eksperimen, klasifikasi. Analisis ilmu itu objektif dan menyampingkan unsur pribadi, pemikiran logika diutamakan, netral, dalam arti tidak dipengaruhi oleh sesuatu yang bersifat kedirian (subjektif), karena dimulai dengan fakta. Ilmu merupakan milik manusia secara komprehensif. Ilmu merupakan lukisan dan keterangan yang lengkap dan konsisten mengenai hal-hal yang dipelajarinya dalam ruang dan waktu sejauh jangkauan logika dan dapat diamati pancaindera manusia.
Dalam makalah ini kami mencoba menguraikan sedikit makna dari ilmu sebagai proses, prosedur, dan produk serta kaitannya dengan masyarakat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud ilmu sebagai proses, prosedur, dan produk serta kaitannya dengan masyarakat?
2. Apa saja yang menjadi rangkaian ilmu sebagai proses, prosedur, dan produk?






BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Ilmu sebagai Proses, Prosedur, Produk, dan Masyarakat

            Istilah ilmu atau science merupakan suatu perkataan yang cukup bermakna ganda, yaitu mengandung lebih dari satu arti. Oleh karena itu, dalam memakai istilah tersebut seseorang harus menegaskan atau sekurang-kurangnya menyadari arti nama yang dimaksud. Menurut cakupannya pertama-tama ilmu merupakan sebuah istilah umum untuk menyebut segenap pengetahuan ilmiah yang dipandang sebagai satu kebulatan. Jadi, dalam arti yang pertama ini ilmu mengacu pada ilmu seumumnya (science in general).
            Amsal Bakhtiar mengutip dalam Kamus Al-Munawwir karya Ahmad Warson Munawir, disebutkan bahwa ilmu berasal dari bahasa arab: ‘alima, ya’lamu, ‘ilman, dengan wajan fa’ila, yaf’alu, yang berarti: mengerti, memahami benar-benar. Sedangkan Muhammad Taqi Mishbah Yazdi mendefinisikan makna teknis ilmu yaitu himpunan proposisi-proposisi hakiki yang bisa dibuktikan dengan pengalaman indrawi.
Sebagaimana yang dikutip The Liang Gie dari The American College Dictionary karya C.L. Barnhart, Arti kedua dari ilmu menunjuk pada masing-masing bidang pengetahuan ilmiah yang mempelajari sesuatu pokok soal tertentu. Dalam arti ini ilmu berarti sesuatu cabang ilmu khusus seperti misalnya antropologi, biologi, geografi atau sosiologi. Istilah Inggris ‘science’ kadang-kadang diberi arti sebagai ilmu khusus yang lebih terbatas lagi, yakni sebagai pengetahuan sistematis mengenal dunia fisis atau material.
            Dari segi makna, pengertian ilmu sepanjang yang terbaca dalam pustaka menunjuk pada sekurang-kurangnya tiga hal, yakni, pengetahuan, aktivitas, dan metode. Dalam hal yang pertama ini yang terumum, ilmu senantiasa berarti pengetahuan (knowledge).
Sementara itu proses sendiri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia bermakna yaitu runtunan perubahan (peristiwa) dalam perkembangan sesuatu, rangkaian tindakan, pembuatan atau pengolahan yang menghasilkan produk.
The Liang Gie mendefinisikan ilmu dari wujudnya dibagi ke dalam 3 bagian yaitu ilmu sebagai proses, prosedur, dan produk.

BAGAN WUJUD ILMU
Jadi, yang dimaksud ilmu sebagai proses di sini adalah ilmu secara nyata dan khas merupakan suatu aktivitas manusia yakni perbuatan melakukan sesuatu yang dilakukan oleh manusia, ilmu tidak hanya aktivitas tunggal saja, melainkan suatu rangkaian aktivitas sehingga merupakan suatu proses.
Ilmu sebagai prosedur atau ilmu sebagai metode ilmiah merupakan prosedur yang mencakup pikiran, pola kerja, tata langkah, dan cara teknik untuk memperoleh kebenaran ilmiah.
Sedangkan Ilmu sebagai produk adalah pengetahuan ilmiah yg kebenarannya dapat diuji secara ilmiah, yg mencakup Jenis-jenis sasaran; bentuk-bentuk pernyataan; Ragam-ragam proposisi; ciri-ciri pokok; Pembagian secara sistematis.
Ilmu dipahami dari segi berbagai serangkaian aktivitas yang rasional, kognitif, dan bertujuan, akan tetapi suatu aktivitas dapat mencapai tujuannya jika dilaksanakan dengan metode yang tepat, dan akhirnya dapat membuahkan hasil berupa keterangan baru yang disebut dengan pengetahuan.
Sementara itu kaitan antara ilmu sebagai proses, prosedur, dan produk dengan masyarakat di sini dimaksud adalah bagaimana wujud dari ilmu ini dapat bermanfaat secara positif bagi kehidupan masyarakat.

B. Rangkaian Ilmu sebagai Proses

Ilmu secara nyata dan khas adalah suatu aktivitas manusiawi, yakni perbuatan melakukan sesuatu yang dilakukan oleh manusia. Ilmu tidak hanya satu aktivitas tunggal saja, melainkan suatu rangkaian aktivitas sehingga merupakan sebuah proses. Rangkaian aktivitas itu bersifat rasional, kognitif, dan teleologis.
1. Rasional
Aktivitas rasional berarti kegiatan yang mempergunakan kemampuan pikiran untuk menalar yang berbeda dengan aktivitas berdasarkan perasaan dan naluri. Ilmu menampakkan diri sebagai kegiatan penalaran logis dari pengamatan empiris.
Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik sesuatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. Manusia pada hakikatnya merupakan makhluk yang berfikir, merasa, bersikap, dan bertindak. Sikap dan tindakannya bersumber pada pengetahuan yang didapatkan lewat kegiatan merasa atau berpikir. Penalaran menghasilkan pengetahuan yang dikaitkan dengan berpikir bukan dengan perasaan, meskipun seperti itu dikatakan Pascal, hati pun mempunyai logika tersendiri. Meskipun demikian patut kita sadari bahwa tidak semua kegiatan berfikir menyandarkan diri pada penalaran. Jadi penalaran merupakan kegiatan berfikir yang mempunyai karakteristik tertentu dalam menemukan kebenaran.
Berpangkal pada hasrat kognitif dan kebutuhan intelektualnya, manusia melakukan rangkaian pemikiran dan kegiatan rasional dengan lingkungan atau masyarakat yang kemudian melahirkan ilmu.
2. Kognitif
Pada dasarnya ilmu adalah sebuah proses yang bersifat kognitif, bertalian dengan proses mengetahui dan pengetahuan. Proses kognitif (cognition) adalah suatu rangkaian aktivitas seperti pengenalan, penyerapan, pengkonsepsian, dan penalaran (antara lain) yang dengannya manusia dapat mengetahui dan memperoleh pengetahuan tentang suatu hal.
Menurut Piaget menyatakan bahwa di dalam diri individu terjadi adaptasi terhadap lingkungan dilakukan melalui dua proses yaitu asimilasi dan akomodasi.
a. Asimilasi
Asimilasi adalah proses kognitif dimana seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep ataupun pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada dalam pikirannya; proses menambahkan informasi baru ke dalam skema yang sudah ada. Proses ini bersifat subjektif, karena seseorang akan cenderung memodifikasi pengalaman atau informasi yang diperolehnya agar bisa masuk ke dalam skema yang sudah ada sebelumnya. Asimilasi dipandang sebagai suatu proses kognitif yang menempatkan dan mengklasifikasikan kejadian atau rangsangan baru dalam skema yang telah ada. Proses asimilasi ini berjalan terus. Asimilasi tidak akan menyebabkan perubahan/pergantian skemata melainkan perkembangan skemata. Asimilasi adalah salah satu proses individu dalam mengadaptasikan dan mengorganisasikan diri dengan lingkungan baru pengertian orang itu berkembang. Dalam contoh di atas, melihat burung kenari dan memberinya label “burung” adalah contoh mengasimilasi binatang itu pada skema burung si anak.

b. Akomodasi
Akomodasi, dalam menghadapi rangsangan atau pengalaman baru seseorang tidak dapat mengasimilasikan pengalaman yang baru dengan skemata yang telah dipunyai. Pengalaman yang baru itu bisa jadi sama sekali tidak cocok dengan skema yang telah ada. Dalam keadaan demikian orang akan mengadakan akomodasi. Akomodasi terjadi untuk membentuk skema baru yang cocok dengan rangsangan yang baru atau memodifikasi skema yang telah ada sehingga cocok dengan rangsangan itu. Bagi Piaget adaptasi merupakan suatu kesetimbangan antara asimilasi dan akomodasi. Bila dalam proses asimilasi seseorang tidak dapat mengadakan adaptasi terhadap lingkungannya maka terjadilah ketidaksetimbangan (disequilibrium). Akibat ketidaksetimbangan itu maka tercapailah akomodasi dan struktur kognitif yang ada yang akan mengalami atau munculnya struktur yang baru. Pertumbuhan intelektual ini merupakan proses terus menerus tentang keadaan ketidaksetimbangan dan keadaan setimbang (disequilibrium-equilibrium). Tetapi bila terjadi keseimbangan maka individu akan berada pada tingkat yang lebih tinggi daripada sebelumnya.
Akomodasi adalah bentuk penyesuaian lain yang melibatkan pengubahan atau penggantian skema akibat adanya informasi baru yang tidak sesuai dengan skema yang sudah ada. Dalam proses ini dapat pula terjadi pemunculan skema yang baru sama sekali. Dalam contoh di atas, melihat burung unta dan mengubah skemanya tentang burung sebelum memberinya label “burung” adalah contoh mengakomodasi binatang itu pada skema burung pada fikiran si anak.
Melalui kedua proses penyesuaian tersebut, sistem kognisi seseorang berubah dan berkembang sehingga bisa meningkat dari satu tahap ke tahap di atasnya. Proses penyesuaian tersebut dilakukan seorang individu karena ia ingin mencapai keadaan equilibrium, yaitu berupa keadaan seimbang antara struktur kognisinya dengan pengalamannya di lingkungan. Seseorang akan selalu berupaya agar keadaan seimbang tersebut selalu tercapai dengan menggunakan kedua proses penyesuaian di atas.
Dengan demikian, kognitif seseorang berkembang bukan karena menerima pengetahuan dari luar secara pasif tapi orang tersebut secara aktif mengkonstruksi pengetahuannya.
3. Teleologis
Ilmu selain merupakan sebuah proses yang bersifat rasional dan kognitif, juga bercorak teleologis, yakni mengarah pada tujuan tertentu karena para ilmuwan dalam melakukan aktivitas ilmiah mempunyai tujuan-tujuan yang ingin dicapai. Ilmu melayani sesuatu tujuan tertentu yang diinginkan oleh setiap ilmuwan. Dengan demikian, ilmu adalah aktivitas manusiawi yang bertujuan. Tujuan ilmu itu dapat bermacam-macam sesuai dengan apa yang diharapkan oleh masing-masing ilmuwan.

C. Ilmu Sebagai Prosedur

Ilmu sebagai prosedur berarti ilmu merupakan kegiatan penelitian yang menggunakan metode ilmiah. Apa itu metode ilmiah? Ada banyak definisi, tetapi di sini kita cukup mengutip satu saja. Menurut The World of Science Encyclopedia, metode ilmiah ialah prosedur yang digunakan oleh ilmuwan dalam mencari secara sistematis pengetahuan baru dan peninjauan kembali pengetahuan yang ada. Dari berbagai definisi yang pernah dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa metode ilmiah pada umumnya menyangkut empat hal yakni: pola prosedural, tata langkah, teknik-teknik, dan alat-alat. Unsur yang termasuk dalam pola prosedural ialah pengamatan, percobaan, pengukuran, survai, deduksi, induksi, dan analisa. Unsur yang termasuk dalam tata langkah ialah penentuan masalah, perumusan hipotesis, pengumpulan data, kesimpulan, dan pengujian hasil. Unsur yang termasuk dalam teknik-teknik antara lain questional, wawancara, perhitungan, dan pemanasan. Alat-alat yang digunakan antara lain timbangan, meteran, perapian, komputer.

D. Ilmu sebagai Produk

Pengertian inilah yang paling sering digunakan. Dalam arti ketiga ini, ilmu merupakan kumpulan pengetahuan sistematis yang merupakan produk dari aktivitas penelitian dengan metode ilmiah/ sebagai sistem pengetahuan, ilmu mempunyai obyek material dan obyek formal. Obyek material sering disebut pokok soal (subject matter), sedangkan obyek material dinamakan titik perhatian (focus of interest) atau sikap pikiran (attitude of mind). Lebih lazim, obyek formal dinamakan sudut pandang. Sebagai sistem pengetahuan atau pengetahuan sistematis, ilmu memiliki ciri- ciri empiris, sistematis, obyektif, analitis, dan verifikatif. Ciri empiris mengandaikan pengamatan (observasi) atau percobaan (eksperimen). Ilmu berbeda dari pengetahuan karena ciri sistematis, dan berbeda dari filsafat karena ciri empirisnya. Ciri sistematis berarti bahwa kumpulan pengetahuan-pengetahuan itu memiliki hubungan-hubungan ketergantungan dan teratur. Ciri obyektif ilmu berarti bahwa pengetahuan ilmiah bebas dari rasangka perseorangan (personal bias) dan pamrih pribadi. ilmu arus berisi data yang menggambarkan secara tepat gejala-gejala. ilmu berciri analitis artinya ilmu melakukan pemilahan-pemilahan atas pokok soal ke dalam bagian-bagian untuk mengetahui sifat dan hubungan bagian-bagian tersebut. Ciri verifikatif ilmu berarti bahwa tujuan yang ingin dicapai ilmu ialah kebenaran ilmiah. Kebenaran ini dapat berupa kaidah-kaidah atau azas-azas yang universal. Dengan demikian, manusia dapat membuat ramalan dan menguasai alam. Berdasarkan uraian-uraian di atas, The Liang Gie memberikan definisi sebagai berikut tentang ilmu. Dia mengatakan: " ilmu adalah rangkaian aktivitas manusia yang rasional dan kognitif dengan berbagai metode berupa aneka prosedur dan tata langkah sehingga menghasilkan kumpulan -pengetahuan yang sistematis mengenai gejala-gejala kealaman, kemasyarakatan, atau keorangan untuk tujuan mencapai kebenaran, memperoleh, pemahaman, memberikan penjelasan, ataupun melakukan penerapan. "






BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan
Ilmu hanya terdapat dan dimulai dari aktivitas manusia, sebab hanya manusia yang memiliki kemampuan rasional dalam melakukan aktivitas kognitif yang menyangkut pengetahuan, dan selalu mendambakan berbagai tujuan yang berkaitan dengan ilmu.
Dalam wujudnya ilmu dibagi ke dalam tiga bagian yaitu ilmu sebagai proses, prosedur, dan produk.
Ilmu sebagai proses memiliki arti suatu aktivitas manusia, yakni perbuatan melakukan sesuatu yang dilakukan oleh manusia, dan ilmu itu sendiri terdiri dari satu atau rangkaian aktivitas yang merupakan sebuah proses yang bersifat rasional, kognitif, dan teleologis. Sedangkan Ilmu sebagai prosedur atau ilmu sebagai metode ilmiah merupakan prosedur yang mencakup pikiran, pola kerja, tata langkah, dan cara teknik untuk memperoleh kebenaran ilmiah. Terakhir yaitu ilmu sebagai produk bermakna pengetahuan ilmiah yg kebenarannya dapat diuji secara ilmiah, yg mencakup Jenis-jenis sasaran; bentuk-bentuk pernyataan; Ragam-ragam proposisi; ciri-ciri pokok; Pembagian secara sistematis.


















DAFTAR PUSTAKA

Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007
Departemen pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2002, cet. Ke-3
Jujun. S. Sumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Popuker, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2000
Kunjtojo, Makalah dalam Presentasi Ilmiah, Paradigma Ilmu sebagai Proses, Prosedur, dan Produk.
Muhammad Taqi Mishbah Yazdi, Buku Daras Filsafat Islam, Judul dalam bahasa Inggris Philosophical Instructions: An Introduction to Contemporary Islamic Philosophy, Bandung, Mizan, 1999
The Liang Gie, Pengantar Filsafat Ilmu, Jogjakarta: Liberty, 1996
http://www.wangmuba.com/07/10/2009, Psikologi dalam Filsafat Ilmu,




















Daftar Isi
BAB I
Pendahuluan
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Daftar Isi
BAB II
Pembahasan
A. Definisi Ilmu sebagai Proses, Prosedur, Produk, dan Masyarakat
B. Rangkaian Ilmu sebagai Proses
C. Ilmu Sebagai Prosedur
D. Ilmu Sebagai Produk
BAB III
Penutup
Kesimpulan
Daftar Pustaka



















Tugas
FILSAFAT ILMU
ILMU SEBAGAI PROSES
 



Di Susun Oleh:

Rahmi Eka Putri : Nim 212 331 8488
Liya Oktaviani : Nim 212 331 9149




FAKULTAS USULUDIN, ADAB DAN DAKWAH
JURUSAN DAKWAH PRODI KOMUNIKASI PENYIARAN ISALAM (KPI)
INSTISTUT AGAMA ISLAM NEGRI (IAIN) BENGKULU
2014


PMDI (Pembaharuan Di Mesir Pada Masa Qasim Amin)


BAB I
PENDAHULUAN


A.      Latar Belakang
Kepeduliannya untuk melakukan pembaharuan dalam masyarakat, dalam segala bidang dan tampaknya memperbaiki nasib wanita lebih diutamakan,  Kepeduliaanya yang demikian tinggi terhadap masalah perempuan dan masyarakat.
Dari beberapa ide mengenai kebebasan wanita tersebut  di atas, tentu ada yang setuju dan ada pula yang tidak setuju , akan tetapi  usaha meningkatkan  wanita itu kini dirasakan hasilnya. Begitu tingginyaa keinginan Amin ingin merubah nasib kaum perempuan. Dan ingin mengangkat tinggi harkat dan martabat perempuan, bahwa perempuan itu ber hak mendapatkan pendidikan layak dan bebas mengeluarkan pendapat. Dan Amin sangat menentang dengan ajaran yang di terapkan pada masyarakat Mesir, yang menganggap perempuan itu hanya sebagai pengundang nafsu, dan di wajibkan untuk menutup seluruh tubuhnya termasuk muka dan telapak tangan. Tetapi menurut Amin ajaran yang di terapkan pada masyarakat Mesir ini telah melenjeng dari syariat islam. Amin juga menegaskan bahwa perempuan juga harus memiliki hak sebagaimana laki-laki. Bertujuan agar mendapatkan generasi penerus yang berkuwalitas tinggi.















BAB II
PEMBAHASAN


A.      Riwayat hidup Qasim Amin
Qasim Amin di lahirkan  di kota Cairo paada tahun 1863, dari seorang ayah Muhammad Beik Amin yang berdarah Turki dan Ibundanya berdarah Mesir Kelahiran Sha’id. Keluarga Muhammad Beik berasal dari keluarga penguasa negara dan tergolong kaya.
Muhammad Beik juga merupakan sosok pratisi yang tergolong ilmuan dan kaya dengan pengalaman praktis, terutama dari pengalaman  sebagai pegawai tinggi Turki,  Beliau juga turut berperan dalam karir Amin. Karena sang ayah tidak rela jika anaknya hanya sekedar mempunyai kemampuan teoritis.
 Cara Beliau mewujudkan kepeduliannya yaitu dengan cara menjalin hubungan yang baik dengan Mustafa Fahmi. Yaitu dengan cara ,menitipkan putranya untuk dilatih secara praktis di kantor pengacara tersebut.
 Pendidikan awal diperoleh Amin di Madrasah Ra’sul Altin di Iskandariyah, kemudian pendidikan menengah diperoleh di Madrasah Tajhziyah di Cairo Dan pendidikan tingginya ia mengambil jurusan hukum di Madrasah al Huquq al-Hudawiyah dan memperolah gelar Lience pada tahun 1881 di samping itu  juga  Ia rajin membaca buku-buku barat, sehingga cakrawala berpikirnya jauh ke depan dan dapat mengetahui mana tulisan obyektif dan tidak, namun ia tidak menutup mata kenyataan bahwa umat islam terdapat banyak kejelekan-kejelekannya  itu di sebabkan  oleh silih bergantinya penjajah menduduki Mesir.
 oleh sebab itu  ia berusaha mengadakan pembaharuan dalam masyarakat, dalam segala bidang dan tampaknya memperbaiki nasib wanita lebih diutamakan. Kepeduliaanya yang demikian tinggi terhadap masalah perempuan dan masyarakat.
Wanita yang terbelakang dan jumlahnya sekitar seperdua dari jumlah penduduk Mesir, merupakan hambatan  dalam pelaksanaan  pembaharuan, karena itu kebebasan  dan pendidikan wanita  perlu mendapat perhatian.
Ide-ide kebebasan wanita tersebut  di atas, tentu ada yang setuju dan ada pula yang tidak setuju , akan tetapi  usaha meningkatkan  wanita itu kini dirasakan hasilnya.
Adapun karya yang di hasilkan Amin diantaranya, Mishr wa al-Misriyyum wa al-Nataij wa akhlaq al-Waiz, Tarbiyyat al-Mar’at wa al-Hijab dan Mar’at al-Muslimat.
Dari sekian karyanya, terlihat betapa Amin termotivasi dan mencoba mengembangkan gagasan Abduh tentang kemakmuran masyarakat dan kepentingan bersama.


B.      QASIM AMIN TENTANG EMANSIPASI WANITA

Usaha Amin memberdayakan dan mengangkat martabat perempuan, di mata Amin, adalah usaha untuk menegakkan apa yang di pandangnya  sebagai prinsip  ideal Islam vis avis realitas sosial perempuan Mesir, dan juga demi sebuah kemajuan bangsa.
Gagasan ini muncul sebagai refleksi dan wujud kepedulisn intelektual Amin terhadap realitas perempuan Mesir, Ia juga melihat perempuan di Mesir  tidak telah dipinggirkan dalam relasi laki-laki.
 Ide emansipasi wanita yang dicetuskan oleh Qasim Amin timbul karena sentakan tulisan wanita prancis  Duc. D’ Haorcourt yang mengkritik  struktur sosial masyarakat Mesir, terutama keadaan perempuan di sana. Lalu ia mengkaji status wanita di Barat dan di Timur, dan akhirnya ia berkesimpulan bahwa :
1.       Merasa perhatian atas nasib kaum wanita, di Barat yang sangat bebas pergaulannya sehingga merendahkan martabat itu sendiri dan di Mesir sangat terkengkang sehingga menghilingkan kebebasan wanita.
2.       kaum wanita mencapai setengah penduduk di setiap negeri dan tidak mungkin memajukan negara (umat islam) tanpa mengikuti sertakan wanita.
3.       Masyarakat menganggap bahwa pendidikan wanita tidak peting. Bahkan masih ada yang mempertanyakan apakah boleh menurut syara’ mendidik wanita.
4.       Masyarakat (arab) waktu itu memandang wanita hanya sebagai objek seksual dan menjadi   pengganggu kaum pria. Untuk itu mereka harus di pingit jika akan keluar dari rumah, dan mereka juga harus menutup seluruh tubuhnya.
5.        Para ulama berpendapat bahwa aurat kaum wanita adalah seluruh tubuhnya kecuali muka dan kedua telapak tangan.
6.       Pandangan masyarakat terhadap wanitapun menjadi rendah, boleh di madu semau hati, dan bila sudah tidak suka dengan mudah bisa di ceraikan.
                 Selanjutnya ada beberapa pendapat Qasim Amin di antaranya adalah:
1.       Wanita memegang posisi penting dalam mempersiapkan generasi penerus yang baik melalui, pendididkan anak-anak di rumah tangga sebagai pendamping suami dan berperan akan kehidupan sosial yang kesemuanya itu dapat dilakukan  dengan baik jika wanita di beri pendidikan. Dan wanita juga bisa seperti pria yang mempunyai potensi  yang besar dalam menempu pendidikan dan mempunyai kesempatan mengembangkan kemampuan atau kreatifitas yang di milikinya.
2.       Hijab untuk menutup muka dan telapak tangan dan dilarangnya wanita keluar rumah, itu sudah menjadi tradisi masyarakat yang menghalangi kebenasan bergerak bagi wanita. Tetapi dalam Al-Quran dan hadist tidak melarang wanita menampakan muka dan telapak tangan di depan umum.
3.       Pengertian para ulama tentang akad nikah  adalah kurang tepat. Sebab definisi itu lebih mengarah kepada meletakkan wanita dalam perkawinan sebagai objek sosial.
4.       Asas perkawinan dalam islam  adalah poligami hanya di izinkan dalam keadaan khusus yang di benarkan dalam syara’  bukan dengan alasan untuk maemberi  kesempatan kepada pria untuk melampiaskan nafsu syahwad.
Adapun perubahan yang di lakukan Qasim Amin pada masa itu diantaranya:
1.       Pendidikan untuk kaum perempuan
Qasim Amin begitu menaruh harapan  kepada kaum perempuan untuk dapat menempuh pendidikan. Karena terdapat hubungan yang positi antara pendidikan perempuan dengan kemajuan perempuan, pendidikan untuk perempuan di yakini sebagai salah satu  cara untuk melepaskan kaum perempuan Mesir dari perlakuan diskriminatif.
            Untuk itu, Amin memcoba  merumuskan beberapa strategi dan prinsip pendidikan yang di tawarkan Amin adalah:
  Perempuan harus di beri pendidikan dasar yang setara dengan laki-laki, tujuanya untuk mendapat generasi yang  tanggap dan selektif dalam menerima pendapat yang datang dari luar, maka perlu di berikan pengetahuan yang layak yang diberikan di sekolah menengah
  Selain memberikan pendidikan, maka pengetahuan umum dan keahlian-keahlian lain perlu di berikan kepada perempuan, agar mereka tidak terlalu bergantung pada laki-laki.
  Pendidikan Akhlaq dan budi pekerti juga harus di berikan sedini mungkin perempuan dapat menanamkan jiwa kemanusiaanya,pergaulan dalam keluarga dan kerabat  menjadi lebih sempurna
  Pendidikan yang ideal menurut Amin adalah pendidikan yang berlangsung seumur hidup, karena pada hakikatnya pendidikan adalah proses belajar yang tidak boleh berhenti.
  Selain itu juga pendidikan seni perlu diberikan kepada perempuan, karena seni dalam pandangan Amin, dapat melatih jiwa menjadi halus dan peka.
2.       Hijab dan perempuan
Tradisi Mesir pada waktu itu, dimaknai sebagai keharusan perempuan untuk menutup seluruh tubuh termasuk muka dan telapak tangan dan pakaian khas, dan harus berada dalam rumah.
Dalam pandangan Qasim Amin, ijab yang di kenal masyarakat Mesir ini, jelas-jelas tidak sesuai dengan syariat islam.
Oleh karena itu memurut Qasim Amin perlu di lakukan pengkajian ulang dalam masalah hijab ini, selain itu Amin mencoba melihat hijab dalam aspek ajaran agama dan aspek sosial.
Oleh karena itu Amin mencoba menggugat tradisi hijab di kalangan masyarakat Mesir. Yang di gugat yang pertama kali adalah, kebiasaan menutup seluruh anggota tubuh, termasuk muka dan kedua telapak tangan. Kedua, tradisi hijab yang di kaitkannya  dengan kebiasaan mengurung perempuan di rumah.
3.       Perempuan dan Bangsa
Menurut Amin bangsa mesir perlu menghimpun kekuatan untuk mengimbangi kekuatan asing terutama kekuatan non materi, berupa landasan dari segala kekuatan. Untuk menjelaskan hal ini, Amin mencoba meminjam kerangka Darwin, dengan menyebutkan bahwa survei masyarakat  tidak hanya terkait tinggi rendahnya nilai keagamaan  dan akhlaq yang mereka punyai, tetapi juga sejauh mana kesiapan masyarakat  dalam menerima tingkah laku perkembangan itu sendiri.
Jika ilmuan beranggapan bahwa agama merupakan penyebab kemunduran umat islam, maka amin dengan tegas menolak pendapat ini. Karena tubuh umat islam telah di rasuki berbagai bid’ah itu saja tidak cukup untuk menjelaskan ketertinggalan umat islam. Penyebab paling mendasar menurut Amin adalah meluaskan kebodohan di kalangan mereka yang di sebut Amin sebagai penyakit sosial yang berbahaya dalam sebuah masyarakat. Untuk itu perlu mempersiapkan generasi yang lebih baik.

4.       Tentang perkawinan
Gagasan ini berasal dari kondisi umum tata perkawinan yang di jumpai pada masyarakat Mesir yang menempatkan perempuan  pada posisi yang tidak sesuai dan menganggap perempuan tidak mempunyai harga diri. Tradisi memandang rendah terhadap kedudukan perempuan tidak hanya mengakar pada masyarakat bawah, akan tetapi juga berkembang di kalangan berpendidikan dan ulama. Selain itu juga praktek poligami liar juga berkembang di Mesir, itu juga tidak lepas dari kritik Amin, menurut Amin itu sebagai penyebab kemerosotan harkat dan martabat perempuan, karena semakin tinggi harkat dan martabat seorang perempuan maka semakin menurun pula praktek poligami.
5.       Tentang perceraian
Pandangan Amin tentang hal ini  berawal dari meluasnya praktek perceraian bebas di kalangan masyarakat mesir.  Amin menyebutkan bahwa hukum asal dari mengakhiri perkawinan (talak) itu adalah haram. Pandangan ini juga di kuatkan Amin dengan sejumlah dalil. Amin tidak berhenti sampai di situ  tetapi dia juga memberi kan jalan berupa RRU perceraian yang terdiri dari lima pasal yang di lihatnya bertentangan dengan al-Quran. Amin juga berharap hak-hak dan perlindungan hukum terhadap kaum perempuan dan terhindar dari perlakuan talak bebas kaum laki-laki. Prinsip ideal islam yang menunjang tinggi lembaga perkawinan  yang berkeadilan dan menjunjung kebersamaan,serta perlindungan terhadap Amin, dalam hal ini adalah sebagaimana laki-laki, perempuan juga di beri hak cerai.






BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Setelah membahas tentang masa pemerintahan Mesir pada masa Qasim Amin penyusun dapat menyimpulkan bahwa gagasan pembaharuan Amin ini berasal dari ketidakpuasannya  setelah ia melihat realitas sosial; perempuan dan perlakuannya.
Untuk menyiapkan kenyataan ini, Amin mencoba menawarkan alternatif pada tingkat intelektual dan pada tingkat praktis sosial untuk alternatif yang pertama Amin menawarkan perlu di lakukan upaya mengembalikan martabat seorang perempuan  dan desakralitas  untuk  perempuan sebagai jalan untuk  mewujudkan visi ideal islam tentang perempuan itu.
Disamping itu cara ini juga di yakini Amin  sebagai salah satu cara  untuk Mesir sebagai sebuah negara.
Di lihat dari cara kerja pembaharuannya, sepertinya Amin lebih cebderung menggunakan  pendekatan kultur dalam  mewujudkan  pikiran-pikiran pembaharuannya. Pendidikan dan pemberdayaan masyarakat perempuan  yang tidak bisa dipisahkan dengan pemberdayaan masyarakat  bangsa secara umum sebagai jalan menuju citi-cita pembaharuannya.










MAKALAH
PMDI (Pembaharuan Di Mesir Pada Masa Qasim Amin)




 



DISUSUN OLEH:
Rahmi Eka Putri
Bobi Putra

DOSEN PEMBIMBING:
EMZINETRI M.Ag








PRODI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
JURUSAN DAKWAH FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
INTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

BENGKULU 2014

“Komunikasi Kelompok dalam Prespektif Teoritis”





“Komunikasi Kelompok dalam Prespektif Teoritis”
Makalah ini Disusun Guna Memenuhi Tugas
 Mata Kuliah Teori Komunikasi
Dosen Pengampu Rini Fitria, M.Si



Oleh Kelompok : IV
Rahmi Eka Putri
Agus Sujarwono
Jurusan/Prodi : Dakwah/KPI V

PRODI KOMUNIKASI PENYIARAN  ISLAM
FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI  BENGKULU
2014

BAB  I

PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang

Komunikasi dalam kelompok merupakan bagian dari kegiatan keseharian yang bermula sejak kita lahir, pada saat itu kita telah masuk didalam kelompok primer yang paling dekat, yaitu Keluarga yang di tandai dengan adanya hubungan emosional, personal, akrab. Lalu seiring dengan perkembangan usia dan kemampuan intlektualitas, kita terlibat di dalam kelompok-kelompok sekunder seperti hal nya sekolah, tempat kerja dan kelompok sekunder lainnya yang sesuai dengan minat dan kemauan kita. Dari hal ini kelompok adalah bagian yang tidak dapat terpisahkan dengan kehidupan sehari-hari, karna dari kelompok ini lah dapat berbagi informasi yang dimiliki, pengalaman dan pengetahuan dengan anggota kelompok lainnya.
B.     Rumusan Masalah
1.      Menjelaskan makna komunikasi kelompok dalam prespektif teoritis?
2.      Menjelasakan teori-teori komunikasi kelompok berserta modelnya?







BAB II
PEMBAHASAN


a.    Komunikasi Kelompok dalam Prespektif Teoritis
Kelompok dalam prespektif intraksional yang dikemukakan oleh Marvin Shaw sebagai dua orang atau lebih yang berintraksi satu sama lain dalam suatu cara tertentu, yang dimana masing-masing dipengaruhi dan mempengaruhi oleh pihak lainnya. Suatu kelompok kecil adalah kelompok yang terdiri dari dua puluh orang atau pun kurang, tetapi kita memiliki kepentingan yang sama.
Komunikasi kelompok merupakan bagian yang sangat penting dari aktifitas suatu masyarakat. Dovis Sheperd menjelaskan, bahwa kelompok merupakan suatu mekanisme mendasar dari sosialisasi dan sumber utama dari tatanan sosial. Orang mendapakan nilai dan sikap mereka, sebagian besar dari kelompok dimana mereka berada, karena kelompok memberikan suatu fungsi perantara yang penting
Perspektif merupakan sudut pandang atau cara pandang kita terhadap sesuatu. Cara memandang yang kita gunakan dalam mengamati kenyataan untuk menentukan pengetahuan yang kita peroleh. Perspektif berdasarkan pada konteks komunikasi menekankan bahwa manusia aktif memilih dan mengubah aturan-aturan yang menyangkut kehidupannya. Agar komunikasi dapat berlangsung dengan baik individu-individu yang berinteraksi harus menggunakan aturan-aturan dalam menggunakan lambang-lambang. Bukan hanya aturan mengenai lambang itu sendiri, tetapi juga harus ada aturan atau kesepakatan dalam hal berbicara, bagaimana bersikap sopan santun atau sebaliknya, bagaimana harus menyapa, dan sebagainya, agar tidak terjadi konflik atau kekacauan. Perspektif ini
memiliki dua ciri utama:
1.      Aturan pada dasarnya merefleksikan fungsi-fungsi perilaku dan kognitif yang kompleks dari kehidupan manusia.
2.      Aturan menunjukan sifat-sifat dari keberaturan yang berbeda dari   keberaturan sebab akibat. 
b.      Teori-teori komunikasi kelompok berserata modelnya
v  Teori Proses Perbandingan Sosial: Festinger
C
 
}
}
 
J
 
Masalah / Kejadian

 
Dalam teorinya Festinger membedakan antara kenyataan fisik dengan kenyataan sosial. Menurut pendapat Festinge, dorongan yang kita rasakan untuk berkomunikasi tentang suatu kejadian dengan anggota lain dalam kelompok akan meningkat bila kita menyadari bahwa kita tidak setuju dengan suatu kejadian, apabila kejadian itu makin menjadi penting dan apabila sifat keterikatan kelompok juga meningkat. Sebagai suatu anggota kelompok, kita cenderung mengarahkan komunikasi kita tentang suatu kejadian pada mereka yang kelihatannya paling setuju dengan kita dalam hal kejadian tersebut.
L
 
                                                               Cendrung                            
                                                                                                           

v  Teori Pertukaran Sosial: Kelly dan Thibaut
Model Thibaut dan Kelly mendukung asumsi-asumsi yang dibuat oleh Homans dalam teorinya tentang proses pertukaran sosial, dimana interaksi manusia mencakup pertukaran sosial dan mencakup pertukaran barang dan jasa, dan tanggapan yang muncul dari individu lainnya berkaitan dengan imbalan (reward) dan pengeluaran (costs). Dalam buku mereka yang berjudul The Sosial Phychologi of Groups, Thibaut dan Kelly memusatkan perhatiannya pada kelompok yang terdiri dari 2 orang anggota atau lebih. Meskipun penjelasan mereka tentang pola tingkah laku 2 orang bukan sekedar suatu pembahasan tentang proses komunikasi dalam kelompok dua anggota, beberapa rumus mereka mempunyai relevansi langsung dengan studi tentang komunikasi kelompok.

O
 
J     J     
 
J     J     
 
                                            MENGHASILKAN
v  Teori Sosiometris: Moreno
Menurut moreno Sosiometris dapat diartikan sebagai pendekatan teoritis dan metodologis terhadap kelompok-kelompok yang diciptakan, dan kemudian dikembangkan oleh jennings dan oleh yang lainnya. Pada dasarnya berhubungan dengan “daya tarik” (attraction) dan “penolakan” (repulsions) yang dirasakan oleh individu-individu terhadap satu sama lain dan implikasi perasaan-perasaan ini bagi pembentukan dan struktur kelompok. Suatu uji coba pada umumnya mencakup pertanyaan-pertanyaan yang meminta anggota-anggota kelompok untuk saling menentukan peringkat mereka berdasarkan efektivitas dalam melaksanakan tugas dan daya tarik antarpribadi.
Meskipun sosiometris tidak langsung berkepentingan dengan komunikasi, struktur sosiometris dari suatu kelompok tidak bisa disangkal berhubungan dengan beberapa hal yang terjadi dalam komunikasi kelompok.
J    L
 J :             L D
v  Teori Kepribadian Kelompok (Group Syntality Theory)
Teori kepribadian kelompok merupakan studi mengenai interaksi kelompok pada basis dimensi kelompok dan dinamika kepribadian. Dimensi kelompok merujuk pada ciri-ciri populasi atau karakteristik individu seperti umur, kecendikiawan(intelligensi); sementara ciri-ciri kepribadian atau suatu efek yang memungkinkan kelompok bertindak sebagai satu keseluruha. Merujuk pada peran-peran spesifik, klik dan posisi status. Konsep kunci dari group syntalityt theory ini adalah synergy. Synergy kelompok adalah jumlah input energi dari anggota kelompok.Selain sinergi kelompok, kita mengenal pula effective synergi, yaitu energi kelompok yang tersisa setelah dikurangi energi intrinsik atau senergi pemeliharaan kelompok.

v  Teori Pencapaian Kelompok
Teori Pencapaian Kelompok ini sangat berkaitan dengan produktivitas kelompok atau upaya-upaya untuk mencapainya melalui pemeriksaan masukan dari anggota (member inputs), variabel-variabel prantara(mediating variables), dan keluaran dari kelompok (group output). Masukan atau input dari anggota berasal dari anggota kelompok daat diidentifikasiakn sebagai prilaku, intraksi dan harapan-harapan (expectation) yang bersifat individu. Sedangkan variabel-variabel prantara merujuk pada struktur peran dari kelompok seperti status dan tujuan-tujuan kelompok. Dan yang di maksud dengan keluaran atau output kelompok pencapaian atau perstasi dari tugas atau tujuan kelompok.
Produktivitas dari suatu kelompok dapat dijelaskan melalui kosekuensi prilaku, intraksi dan harapan-harapan mlalui struktur kelompok ataupun prilaku, intraksi dan harapan-harapan  input variabels) mengarah pada struktur formah dan struktur peran (mediating variabels) yang sebaliknya variabel ini mengarah kepada produktivitas semangat dan keterpaduan (group achievement)























BAB III
PENUTUP


A.    Kesimpulan
kelompok merupakan suatu mekanisme mendasar dari sosialisasi dan sumber utama dari tatanan sosial. Orang mendapakan nilai dan sikap mereka, sebagian besar dari kelompok dimana mereka berada, karena kelompok memberikan suatu fungsi perantara yang penting
Perspektif merupakan sudut pandang atau cara pandang kita terhadap sesuatu. Cara memandang yang kita gunakan dalam mengamati kenyataan untuk menentukan pengetahuan yang kita peroleh. Perspektif berdasarkan pada konteks komunikasi menekankan bahwa manusia aktif memilih dan mengubah aturan-aturan yang menyangkut kehidupannya.













Daftar Pustaka
Rohim Syaiful. 2009. Teori komunikasi : Perspektif, Ragam dan Aplikasi, Jakarta : PT Rineka Cipta
Bungin Burhan, 2006, Sosiologi Komunikasi, Surabaya: Kencana
Muryana, Deddy. 2008. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung:PT. Remaja Rosdkarya